Advertisement

Ad 300x250

Sejarah Suku Tengger, Abdi Tuhan Pada Masa Kerajaan Majapahit

By Kisah Alam - Minggu, 16 April 2017 No Comments


Pegunungan Tengger sudah diakui sebagai tanah suci sejak awal kerajaan Hindu di Nusantara, masyarakatnya dianggap sebagai penduduk spiritual yang patuh dan disebut sebagai Hulun ( abdi ) dari Sang Hyang Widhi Wasa.

Kesimpulan ini dipelajari dari guratan aksara prasasti Tengger yang pertama ditemukan, prasasti itu berangka 851 Saka ( 929 Masehi ). Dalam prasasti yang berasal dari abad ke 10 tersebut disebutkan bahwa sebuah desa bernama Walandit, terletak di pegunungan Tengger, adalah tempat yang suci karena dihuni oleh Hulun. Hal ini diperkuat pula dengan prasasti berangka tahun 1327 Saka ( 1405 M ) yang ditemukan di daerah Penanjakan (desa Wonokitri). Prasasti ini menyatakan bahwa desa Walandit dihuni oleh Hulun Hyang (abdi Tuhan) dan tanah di sekitarnya itu disebut hila-hila (suci) (Hefner, 1985:26). Oleh karenanya, desa tersebut tidak dibebankan atau bebas dari pajak.

Masyarakat suku Tengger memang memiliki hubungan erat dengan agama Hindu, tampak pula dalam hubungan antara nama Bromo dengan salah satu dewa agama Hindu yaitu Brahma. Gunung Bromo dijadikan tempat pemujaan kepada Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Brahma dan digunakan sebagai tempat penyucian para arwah untuk bisa naik ke Kahyangan. Sedangkan lautan pasir (segara wedhi) digambarkan sebagai jalan lintasan bagi arwah manusia dalam perjalanan penyucian sebelum bisa naik ke Kahyangan.

Masyarakat Tengger juga mempunyai hubungan historis yang sangat erat dengan kerajaan Majapahit,  hal ini diperkuat dengan adanya aneka macam alat upacara agama yang berasal dari zaman kerajaan Majapahit. Hingga saat ini alat upacara tersebut masih dilestarikan dan dipergunakan oleh para Pandita Tengger. Bentuk dari alat itu antara lain prasen yaitu tempat air suci yang terbuat dari kuningan dan bergambar patung dari dewa dan zodiak agama Hindu.

Sebagian besar prasen yang digunakan di Tengger berangka tahun Saka antara 1243 dan 1352, dimana saat itu adalah masa kejayaan dari Kerajaan Majapahit. Fakta ini diperkuat pula dengan pengakuan penduduk suku Tengger yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Majapahit. Alat-alat ritual lain yang berasal dari Majapahit antara lain adalah baju Antrakusuma, Sampet, dan lain sebagainya. Demikian pula menurut naskah yang berasal dari Keraton Yogyakarta yang berangka tahun 1814 M (Nancy), naskah tersebut menceritakan bahwa konon daerah Tengger termasuk wilayah Majapahit yang dihadiahkan kepada Patih Gajah Mada karena jasa-jasanya kepada keraton.

Tags:

No Comment to " Sejarah Suku Tengger, Abdi Tuhan Pada Masa Kerajaan Majapahit "